Seringkali mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mendapat pertanyaan klise dari tetangga atau kerabat: “Masuk PGSD nanti kerjanya cuma nyanyi sama tepuk tangan ya?” atau “Paling mentok jadi guru honorer, kan?”
Stigma ini sudah kadaluwarsa.
Dunia pendidikan Indonesia sedang mengalami reshuffle besar-besaran melalui Kurikulum Merdeka. Perubahan ini bukan hanya soal ganti buku paket, tapi mengubah total ekosistem belajar. Kabar baiknya, perubahan ini justru membuka pintu karir yang jauh lebih luas bagi lulusan PGSD yang adaptif, lebih dari sekadar berdiri di depan kelas konvensional.
Jika Anda adalah mahasiswa atau lulusan baru PGSD yang sedang menimbang masa depan, berikut adalah peta peluang karir yang bisa Anda jajaki saat ini.
1. ASN (PNS & PPPK): Target Utama dengan Tantangan Baru
Mari kita bahas gajah di pelupuk mata terlebih dahulu. Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) masih menjadi primadona. Namun, di era Kurikulum Merdeka dan kebijakan Kemendikbudristek terbaru, jalurnya sedikit berbeda.
Sekarang, kunci emas untuk masuk ke jalur ini adalah PPG (Pendidikan Profesi Guru). Lulusan S1 PGSD sangat disarankan langsung mengambil PPG Prajabatan. Sertifikat Pendidik (Serdik) kini menjadi “senjata” yang lebih ampuh daripada sekadar ijazah S1 untuk lolos seleksi PPPK maupun CPNS.
Di era Kurikulum Merdeka, pemerintah mencari guru ASN yang tidak kaku. Tes observasi dan wawancara kini lebih menekankan pada kemampuan guru dalam menangani diferensiasi siswa—sebuah skill inti di kurikulum baru.
2. Guru Sekolah Internasional & SPK
Ini adalah gap yang sering dilewatkan lulusan PGSD. Sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) atau sekolah internasional di kota-kota besar sering kesulitan mencari guru SD yang paham pedagogi Indonesia sekaligus fasih beradaptasi dengan kurikulum asing (seperti Cambridge atau IB).
Kurikulum Merdeka yang mengadopsi banyak nilai student-centered learning sebenarnya mirip dengan kurikulum internasional. Lulusan PGSD yang punya kemampuan Bahasa Inggris aktif punya peluang gaji yang jauh di atas UMR jika melamar ke sektor ini.
3. Edu-Creator & Pengembang Media Ajar Digital
Coba perhatikan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Guru-guru di seluruh Indonesia sekarang “haus” akan referensi modul ajar, video pembelajaran, dan lembar kerja siswa (LKPD) yang menarik dan sesuai fase belajar siswa.
Lulusan PGSD memiliki pemahaman mendalam tentang psikologi anak dan materi dasar. Jika Anda menggabungkan ilmu PGSD dengan sedikit kemampuan desain (Canva/Adobe) atau video editing, Anda bisa menjadi:
-
Content Creator Edukasi: Membuat konten TikTok/YouTube tentang trik matematika SD atau sains.
-
Seller Produk Digital: Menjual printable worksheet atau modul ajar estetik di platform seperti Shopee atau Etsy khusus guru.
4. Fasilitator Projek & Konsultan Pendidikan
Salah satu ciri khas Kurikulum Merdeka adalah P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Banyak sekolah swasta yang kebingungan merancang projek yang asik namun bermakna.
Ini melahirkan peluang baru sebagai fasilitator atau konsultan lepas. Anda bisa menawarkan jasa merancang kurikulum projek untuk sekolah-sekolah swasta, menyusun event edukasi, atau menjadi trainer bagi guru-guru senior yang kesulitan beradaptasi dengan teknologi.
5. Shadow Teacher (Guru Pendamping Khusus)
Kesadaran akan pendidikan inklusi di SD semakin tinggi sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang humanis. Permintaan akan Shadow Teacher—guru yang mendampingi siswa berkebutuhan khusus di sekolah umum—meningkat tajam.
Lulusan PGSD punya dasar yang kuat untuk ini. Gajinya kompetitif dan jam kerjanya seringkali lebih fleksibel dibanding guru wali kelas. Ini adalah pekerjaan mulia yang membutuhkan kesabaran ekstra, namun sangat rewarding.
6. Tutor Privat dengan Pendekatan Personal
Lupakan les privat gaya lama yang hanya mengerjakan PR. Orang tua milenial mencari tutor yang bisa mendiagnosa kesulitan belajar anak mereka secara spesifik.
Dengan bekal ilmu asesmen diagnostik (yang ditekankan di PGSD saat ini), Anda bisa membuka jasa les privat premium. Anda bukan sekadar mengajar calistung, tapi menjadi “dokter” akademis yang memperbaiki fondasi belajar anak yang learning loss pasca-pandemi.
Kesimpulan: Ijazah Saja Tidak Cukup
Era Kurikulum Merdeka adalah era kompetensi, bukan sekadar administrasi. Lulusan PGSD memiliki prospek yang sangat cerah, asalkan tidak terjebak pada pola pikir lama.
Jangan hanya menunggu pembukaan CPNS. Mulailah bangun portofolio digital, ikuti sertifikasi (seperti PPG), dan pelajari teknologi. Lapangan kerja untuk ahli pendidikan dasar tidak akan pernah mati, ia hanya berubah bentuk menjadi lebih modern.

