Menu Tutup

Tokoh-Tokoh Penyebar Agama Islam di Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2010, sekitar 95% penduduk Sulawesi Tenggara beragama Islam¹. Bagaimana sejarah masuk dan berkembangnya agama Islam di daerah ini? Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Sulawesi Tenggara? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman

Salah satu tokoh penyebar agama Islam yang terdahulu di Sulawesi Tenggara adalah Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman. Beliau berasal dari Patani, sebuah kerajaan Islam di semenanjung Malaya. Beliau datang ke Sulawesi Tenggara pada abad ke-16 dan menetap di Buton, sebuah pulau di selatan Sulawesi². Di sana, beliau berhasil mengislamkan Raja Wolio dari Buton pada tahun 1564 dan mengajarkan agama kepada penduduk setempat yang baru saja memeluk Islam²³. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama, seperti tafsir, hadis, fiqih, tasawuf, dan bahasa Arab³. Beliau meninggal pada tahun 1580 dan dimakamkan di Buton³.

Raja Lakilaponto

Raja Lakilaponto adalah raja pertama Kerajaan Buton yang memeluk agama Islam. Beliau naik tahta pada tahun 1491 dan memerintah hingga tahun 1537. Beliau menerima agama Islam setelah mendengar dakwah dari Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman. Beliau kemudian menyerahkan posisi kepala pemerintahan kepada adiknya yang bernama La Posasu dan kembali ke istana untuk dilantik sebagai sultan pertama Buton dengan gelar Halu Oleo. Dengan demikian, Kerajaan Buton berubah menjadi Kesultanan Buton yang berlandaskan syariat Islam. Beliau juga membangun masjid pertama di Buton yang bernama Masjid Jami’ Wolio.

Datu ri Tiro

Datu ri Tiro adalah salah satu dari tiga tokoh dalam penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Datu ri Tiro adalah gelar yang diberikan masyarakat setempat sebagai penghormatan pada beliau. Nama asli Datu ri Tiro adalah Abdul Djawad, ada pula yang menyebut Nurdin Ariyani, dengan gelar Al Maulana Khatib Bungsu. Beliau berasal dari Minangkabau dan datang ke Sulawesi Selatan pada abad ke-17 bersama dua tokoh lainnya, yaitu Datu ri Bandang dan Datu ri Patimang. Ketiganya dikenal sebagai Walisongo (sembilan wali) Sulawesi Selatan karena peran mereka dalam menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Datu ri Tiro menetap di daerah Tiro, Kabupaten Soppeng, dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat setempat dengan cara yang santun dan bijaksana. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Beliau meninggal pada tahun 1699 dan dimakamkan di daerah Tiro.

Sumber:
(1) Islam di Sulawesi Tenggara – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Sulawesi_Tenggara.
(2) Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi dan Sejarah Singkatnya. https://kumparan.com/berita-update/kerajaan-kerajaan-islam-di-sulawesi-dan-sejarah-singkatnya-1wpy89OCNUV.
(3) Tiga datuk dan penyebaran agama islam di sulawesi selatan – lelakibugis. https://lelakibugis.net/tiga-datuk-dan-penyebaran-agama-islam-di-sulawesi-selatan/.

Lainnya: