Menu Tutup

Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa

Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang membahas tentang cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara sempurna. Tasawuf juga dikenal sebagai ilmu batin atau ilmu spiritual yang mengajarkan tentang pentingnya membersihkan hati dari segala kotoran dan penyakit, serta menghiasi hati dengan akhlak mulia dan sifat-sifat terpuji.

Tasawuf mempunyai sejarah dan perkembangan yang panjang dan menarik. Berikut adalah beberapa fase perkembangan tasawuf dari masa ke masa.

Abad Pertama dan Kedua Hijriyah

Pada fase ini, tasawuf masih bersifat praktis dan belum ada konsep-konsep tasawuf secara terpadu. Tasawuf pada fase ini merupakan bentuk apresiasi terhadap perilaku kehidupan Nabi Muhammad Saw. yang penuh sahaja⁴. Para sahabat Nabi Saw. dan generasi berikutnya mencoba meneladani Nabi Saw. dalam hal zuhud (menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat), wara’ (berhati-hati dalam beramal), tawakkal (berserah diri kepada Allah), sabar (menerima takdir Allah dengan lapang dada), syukur (menghargai nikmat Allah), dan lain-lain.

Beberapa tokoh yang terkenal dalam fase ini adalah Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Hasan Al-Basri, Rabiah Al-Adawiyah, dan lain-lain¹.

Abad Ketiga Hijriyah

Pada fase ini, tasawuf mulai berkembang menjadi ilmu yang memiliki konsep-konsep dan terminologi-terminologi khusus. Tasawuf pada fase ini juga mulai membedakan antara maqamat (tingkatan-tingkatan dalam perjalanan spiritual) dan ahwal (keadaan-keadaan batin yang dialami oleh para sufi). Tasawuf pada fase ini juga mulai mengembangkan metode-metode untuk mencapai kesempurnaan batin, seperti zikir (mengingat Allah), muraqabah (merenungkan diri dan Allah), muhasabah (mengevaluasi diri), mujahadah (berjuang melawan hawa nafsu), dan lain-lain.

Beberapa tokoh yang terkenal dalam fase ini adalah Dzun Nun Al-Mishri, Ma’ruf Al-Karkhi, Sari As-Saqati, Junaid Al-Baghdadi, Bisyir Al-Hafi, Bayazid Al-Bistami, Harits Al-Muhasibi, dan lain-lain¹.

Abad Keempat Hijriyah

Pada fase ini, tasawuf mencapai puncak kejayaannya sebagai ilmu yang memiliki sistematisasi dan metodologi yang lengkap. Tasawuf pada fase ini juga mulai menunjukkan keberagaman dalam pemikiran dan aliran-aliran. Beberapa aliran tasawuf yang muncul pada fase ini adalah aliran wahdatul wujud (kesatuan wujud) yang dipelopori oleh Ibnu Arabi, aliran wahdatul syuhud (kesaksian wujud) yang dipelopori oleh Ibnu Sab’in, aliran syathariyah (tasawuf praktis) yang dipelopori oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili, aliran akhlaqiyyah (tasawuf moral) yang dipelopori oleh Imam Al-Ghazali, dan lain-lain¹.

Beberapa tokoh yang terkenal dalam fase ini adalah Abu Bakr Asy-Syibli, Abu Sa’id Al-Kharraz, Abu Yazid Al-Bistami, Abu Sulaiman Ad-Darani, Abu Al-Qasim Al-Qusyairi, Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Arabi, Ibnu Sab’in, Abu Al-Hasan Asy-Syadzili, dan lain-lain¹.

Abad Kelima Hijriyah dan Setelahnya

Pada fase ini, tasawuf mulai mengalami kemunduran dalam hal kreativitas dan orisinalitas. Tasawuf pada fase ini lebih banyak mengikuti dan mengembangkan pemikiran-pemikiran yang sudah ada sebelumnya. Tasawuf pada fase ini juga mulai mengalami tantangan dan kritik dari berbagai pihak, baik dari kalangan ulama maupun dari kalangan awam. Beberapa tantangan dan kritik yang dihadapi oleh tasawuf antara lain adalah tuduhan bid’ah (menyimpang dari ajaran Islam), syirik (menyekutukan Allah), khurafat (percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal), dan lain-lain¹.

Namun, tasawuf tetap bertahan dan berkembang hingga saat ini dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membentuk tarekat-tarekat (organisasi-organisasi sufi) yang memiliki silsilah (rantai guru-murid) yang terhubung dengan Nabi Saw. Tarekat-tarekat ini memiliki aturan-aturan, syarat-syarat, dan praktik-praktik khusus yang harus diikuti oleh para anggotanya. Beberapa tarekat yang terkenal antara lain adalah Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Tijaniyah, Rifa’iyah, Syattariyah, dan lain-lain¹.

Tasawuf juga menyebar ke berbagai negara dan daerah dengan berbagai cara, seperti melalui perdagangan, pernikahan, dakwah, pendidikan, seni, budaya, dan lain-lain. Di Indonesia, tasawuf memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan Islam sejak masa awal hingga sekarang. Beberapa tokoh tasawuf yang terkenal di Indonesia antara lain adalah Syekh Syamsuddin As-Sumatrani, Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdurrauf As-Singkili, Wali Songo, Alawiyyin, dan lain-lain²³.

Sumber:
(1) SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF ‘AMALI – Kemdikbud. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1281253&val=17094&title=Sejarah%20Perkembangan%20Tasawuf%20Amali.
(2) SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF ‘AMALI – Kemdikbud. https://bing.com/search?q=sejarah+perkembangan+tasawuf.
(3) Perkembangan Awal Tasawuf dan Para Tokoh yang Paling Berpengaruh – Tirto.ID. https://tirto.id/perkembangan-awal-tasawuf-dan-para-tokoh-yang-paling-berpengaruh-gEvt.
(4) Tasawuf di Indonesia dari Masa ke Masa – Tirto.ID. https://tirto.id/tasawuf-di-indonesia-dari-masa-ke-masa-gEAH.
(5) SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF ABSTRACT – UIN Ar Raniry. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4828/3115.

Lainnya: