Gorontalo adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara pulau Sulawesi. Gorontalo memiliki sejarah yang panjang dan kaya dalam perkembangan agama Islam di Indonesia Timur. Menurut beberapa sumber, agama Islam masuk ke Gorontalo pada abad ke-16 melalui jalur perdagangan dan dakwah dari Ternate dan Bone.
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Gorontalo adalah Sultan Amai, yang merupakan raja pertama dari Kesultanan Gorontalo yang menganut agama Islam. Sultan Amai bergelar Ta Olongia Lopo Isilamu, yang berarti Raja yang Mengislamkan Negeri. Sultan Amai memerintah pada tahun 1523-1550 dan membangun Masjid Hunto Sultan Amai pada tahun 1495, yang merupakan masjid tertua di Gorontalo.
Sultan Amai juga melakukan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara, seperti Kesultanan Demak, Kesultanan Aceh, dan Kesultanan Gowa. Sultan Amai juga mengirimkan utusan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan membawa kembali ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Sultan Amai juga mendirikan lembaga pendidikan Islam pertama di Gorontalo, yaitu Pondok Pesantren Limboto.
Setelah Sultan Amai wafat, penyebaran agama Islam di Gorontalo terus berlanjut melalui penerusnya dan ulama-ulama yang datang dari berbagai daerah. Beberapa ulama yang terkenal di antaranya adalah Syekh Yusuf Tajul Khalwati, Syekh Abdul Wahab Rokan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syekh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, dan Syekh Muhammad Nuh al-Makassari. Mereka mengajarkan ajaran Islam yang moderat dan toleran, serta mengembangkan seni dan budaya Islami seperti sastra, musik, arsitektur, dan kaligrafi.
Pada masa kolonial Belanda, agama Islam di Gorontalo mengalami tantangan dan tekanan dari pihak penjajah. Namun, masyarakat Gorontalo tetap mempertahankan iman dan identitas mereka sebagai umat Islam. Beberapa tokoh pejuang yang berjuang melawan Belanda dengan semangat Islam adalah Nani Wartabone, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Abdul Wahid Hasyim, K.H. Masjkur, dan K.H. Idham Chalid. Mereka juga berperan dalam pergerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia.
Sampai saat ini, agama Islam tetap menjadi agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Gorontalo. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 dari 1.040.164 jiwa penduduk Gorontalo, 1.017.396 jiwa atau 97,81 % adalah penganut agama Islam. Masyarakat Gorontalo juga terkenal dengan semboyan mereka yaitu “Adati bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah”, yang artinya adat istiadat bersandar pada syariat Islam, syariat Islam bersandar pada Al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Gorontalo menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.