Menu Tutup

Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi Utara

Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara pulau Sulawesi. Provinsi ini memiliki penduduk sekitar 2,2 juta jiwa, dengan mayoritas beragama Kristen (68%) dan minoritas beragama Islam (31%). ²

Meskipun Islam merupakan agama minoritas di Sulawesi Utara, namun sejarah masuknya Islam ke daerah ini cukup panjang dan menarik untuk diketahui. Islam masuk ke Sulawesi Utara sejak abad ke-16 melalui berbagai jalur dan tokoh, baik dari dalam maupun dari luar pulau Sulawesi.

Jalur Masuknya Islam

Jalur Gorontalo-Bolaang Mongondow

Salah satu jalur masuknya Islam ke Sulawesi Utara adalah melalui suku Bolango dari Jazirah Gorontalo, yang kemudian masuk ke wilayah Bolaang Mongondow. Gorontalo memang dikenal sejak dahulu sebagai pusat penyebaran agama Islam sekaligus pusat perdagangan barang dan jasa di Kawasan Teluk Tomini. ²

Menurut catatan sejarah, agama Islam masuk ke Gorontalo pada tahun 1525 Masehi melalui dua orang ulama dari Aceh, yaitu Syekh Yusuf dan Syekh Abdul Rauf. Mereka datang bersama rombongan pedagang dari Malaka yang singgah di pelabuhan Limboto. Di sana, mereka menemui raja Limboto yang bernama Ilato dan menyampaikan ajaran Islam kepadanya. Raja Ilato kemudian memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan Amai. ⁴

Dari Gorontalo, agama Islam kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di sekitarnya, termasuk ke Bolaang Mongondow. Salah satu tokoh yang berperan dalam penyebaran Islam di Bolaang Mongondow adalah Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman, yang berasal dari Patani. Ia datang ke Bolaang Mongondow pada tahun 1564 Masehi dan mengislamkan raja Wolio dari Buton yang sedang berkunjung ke sana. Raja Wolio kemudian mengubah namanya menjadi Sultan Murhum dan membawa agama Islam kembali ke Buton.

Jalur Pahlawan Kemerdekaan

Jalur lain masuknya Islam ke Sulawesi Utara adalah melalui para pahlawan kemerdekaan yang ditawan atau diasingkan oleh penjajah Belanda ke daerah ini. Salah satu contohnya adalah Tuanku Imam Bonjol, pahlawan perang Padri yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Setelah tertangkap pada tahun 1837 Masehi, ia dibawa ke Batavia dan kemudian diasingkan ke Tondano, Minahasa pada tahun 1849 Masehi. Di sana, ia tinggal bersama keluarga dan pengikutnya di Kampung Jawa Tondano, yang menjadi salah satu pusat perkembangan Islam di Minahasa. ³

Selain Tuanku Imam Bonjol, pahlawan kemerdekaan lain yang juga diasingkan ke Tondano adalah Pangeran Diponegoro, pahlawan perang Jawa yang melawan Belanda di Yogyakarta. Ia ditangkap pada tahun 1830 Masehi dan dibawa ke Batavia, lalu diasingkan ke Makassar pada tahun 1831 Masehi. Pada tahun 1833 Masehi, ia dipindahkan lagi ke Manado dan akhirnya ke Tondano pada tahun 1834 Masehi. Di Tondano, ia tinggal bersama keluarga dan pengikutnya di Kampung Jawa Tondano, yang berdekatan dengan tempat tinggal Tuanku Imam Bonjol. Ia wafat di sana pada tahun 1855 Masehi. ³

Jalur Pedagang Arab

Jalur lain masuknya Islam ke Sulawesi Utara adalah melalui para pedagang Arab yang singgah di pesisir daerah Manado. Selain berdagang, mereka juga menyiarkan ajaran agama Islam kepada penduduk setempat. Salah satu contohnya adalah Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Ba’abud, yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Ia datang ke Manado pada tahun 1870 Masehi dan menikah dengan seorang wanita pribumi bernama Nyai Ratu. Dari pernikahan ini, lahir seorang putra bernama Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Ba’abud, yang kemudian menjadi salah satu ulama dan tokoh Islam di Manado. ²

Perkembangan Islam

Perkembangan Islam di Sulawesi Utara tidak terlepas dari peran para ulama, tokoh, dan organisasi Islam yang ada di daerah ini. Beberapa di antaranya adalah:

– Kyai Modjo, seorang ulama dan panglima perang dari Pajang, Surakarta, yang menjadi penasehat agama dan guru ilmu kanuragan bagi Pangeran Diponegoro. Ia juga mendirikan Kampung Jawa Tondano dan menjadi awal masuknya Islam di Minahasa. ³
– Kyai Hasan Maulani, seorang ulama dan pendiri tarekat Akamaliyah di Cirebon, yang diasingkan ke Tondano pada tahun 1846 Masehi. Ia juga mengajarkan ilmu tasawuf dan ilmu hikmah kepada penduduk setempat. ³
– Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Ba’abud, seorang ulama dan tokoh Islam di Manado, yang lahir dari pernikahan antara Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Ba’abud dengan Nyai Ratu. Ia juga mendirikan masjid pertama di Manado pada tahun 1890 Masehi, yaitu Masjid Al-Muttaqin. ²
– Muhammadiyah Sulawesi Utara, sebuah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1928 Masehi oleh Haji Abdul Wahab Sutomo dan kawan-kawan. Organisasi ini bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain. ²
– Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara, sebuah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1939 Masehi oleh KH Abdul Wahid Hasyim dan kawan-kawan. Organisasi ini bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain. ²

Kesimpulan

Islam masuk ke Sulawesi Utara sejak abad ke-16 melalui berbagai jalur dan tokoh, baik dari dalam maupun dari luar pulau Sulawesi. Jalur-jalur tersebut antara lain adalah jalur Gorontalo-Bolaang Mongondow, jalur pahlawan kemerdekaan, dan jalur pedagang Arab. Perkembangan Islam di Sulawesi Utara tidak terlepas dari peran para ulama, tokoh, dan organisasi Islam yang ada di daerah ini.

Sumber:
(1) Islam di Sulawesi Utara – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Sulawesi_Utara.
(2) Islam di Sulawesi Tenggara – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Sulawesi_Tenggara.
(3) Sejarah Perkembangan Islam di Sulawesi Utara – Kota Islam. https://kota-islam.blogspot.com/2013/10/sejarah-perkembangan-islam-di-sulawesi.html.
(4) Perlu Tahu, Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi | Suara Muslim. https://suaramuslim.net/sejarah-masuknya-islam-di-sulawesi/.

Lainnya: