Islam adalah agama yang mengajarkan tentang keseimbangan dan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan. Islam menganggap alam sebagai tanda (ayat) keberadaan Allah yang memberikan jalan bagi manusia untuk mengenal-Nya. Islam juga menempatkan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara alam dengan bijak dan adil. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang etika terhadap alam dalam Islam dari beberapa perspektif.
Etika Terhadap Alam dari Perspektif Al-Quran
Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam yang mengandung berbagai ayat yang berkaitan dengan alam dan lingkungan. Beberapa ayat tersebut antara lain:
– Surat al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.””
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi amanah oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu pemimpin dan pengurus yang harus menjaga kelestarian dan kemaslahatan alam. Manusia juga diberi potensi untuk membuat kerusakan dan kekacauan di bumi jika tidak menggunakan akal dan hati nurani yang diberikan oleh Allah.
– Surat al-An’am ayat 38: “Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi dan tidak (pula) seekor burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang Kami tinggalkan dalam Kitab itu. Kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan.”
Ayat ini menunjukkan bahwa semua makhluk hidup di bumi adalah umat-umat Allah yang memiliki hak dan kewajiban. Allah tidak meninggalkan sesuatu pun dalam Kitab-Nya, yaitu Al-Quran, yang mengatur hubungan antara manusia dan makhluk lainnya. Semua makhluk akan dikembalikan kepada Allah sebagai hakim yang adil.
– Surat al-Rum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam adalah akibat dari perbuatan manusia yang lalai dan rakus dalam mengeksploitasi sumber daya alam. Allah memberikan balasan kepada manusia berupa bencana alam atau gangguan ekologis sebagai peringatan agar mereka sadar dan bertobat.
Etika Terhadap Alam dari Perspektif Hadis
Hadis adalah sumber kedua ajaran Islam yang mengandung perkataan, perbuatan, atau ketetapan Nabi Muhammad saw. Beberapa hadis yang berkaitan dengan alam dan lingkungan antara lain:
– Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam atau menempel tanaman apapun melainkan ia mendapatkan pahala dari setiap makhluk yang memakannya atau memetiknya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa menanam atau menempel tanaman adalah salah satu bentuk kebaikan yang mendatangkan pahala dari Allah. Tanaman bermanfaat bagi manusia dan makhluk lainnya sebagai sumber makanan, obat, oksigen, dan keindahan.
– Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam pohon kurma melainkan ia mendapatkan sedekah dari setiap buah yang dimakan oleh manusia atau binatang.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa menanam pohon kurma adalah salah satu bentuk sedekah yang berlipat ganda. Pohon kurma bermanfaat bagi manusia dan binatang sebagai sumber makanan, minuman, kayu, dan naungan.
– Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata: Rasulullah saw. melarang membunuh burung perkutut dan burung hud-hud. (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa membunuh burung tanpa alasan yang syar’i adalah dilarang oleh Islam. Burung memiliki hak untuk hidup dan bergerak di bumi dengan bebas. Burung juga bermanfaat bagi manusia sebagai sumber makanan, hiasan, dan penyebar benih.
Etika Terhadap Alam dari Perspektif Ulama
Ulama adalah para ahli ilmu agama Islam yang memiliki otoritas dalam menafsirkan dan menjelaskan ajaran Islam. Beberapa ulama yang memberikan pandangan tentang etika terhadap alam antara lain:
– Imam al-Ghazali (w. 1111 M) dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan bahwa manusia harus menghormati alam sebagai ciptaan Allah yang memiliki hak-haknya sendiri. Manusia juga harus menjaga keseimbangan alam dengan tidak berlebihan dalam mengambil manfaatnya.
– Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah (w. 1350 M) dalam kitabnya I’lam al-Muwaqqi’in menyebutkan bahwa manusia harus memperlakukan alam dengan baik dan tidak merusaknya. Manusia juga harus menghindari pemborosan dan pembuangan sampah sembarangan.
– Imam Ibn Taymiyyah (w. 1328 M) dalam kitabnya Majmu’ Fatawa menyebutkan bahwa manusia harus menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak mencemari udara, air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan. Manusia juga harus menghindari pembakaran hutan dan perusakan habitat binatang.
Kesimpulan
Etika terhadap alam dalam Islam adalah sikap dan perilaku manusia yang sesuai dengan ajaran Islam dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan. Etika ini didasarkan pada sumber-sumber Islam seperti Al-Quran, Hadis, dan pendapat ulama. Etika ini mencakup aspek-aspek seperti menghormati, menjaga, memelihara, memanfaatkan, dan tidak merusak alam. Etika ini juga mencerminkan keimanan dan ketaqwaan manusia kepada Allah sebagai pencipta alam semesta.