Adab terhadap Allah adalah adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Allah dan syariat-Nya, semisal dalam beribadah, berdoa, bertawakkal, berprasangka, bersyukur, dan takut kepada Allah. Adab terhadap Allah merupakan tujuan tertinggi dan paling utama dalam konsep pendidikan adab. Seseorang dapat dikatakan beradab apabila memerhatikan adabnya kepada Tuhannya. Jika seseorang mengutamakan adabnya terhadap sang Pencipta, maka dapat dipastikan ia juga beradab kepada semua makhluk. Begitu pun sebaliknya, ketika seseorang tidak mementingkan adabnya kepada Tuhan, maka dapat dipastikan ia tak menjaga adabnya dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam Islam, ada beberapa adab terhadap Allah yang harus diterapkan oleh umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa adab tersebut:
– Selalu berdzikir kepada-Nya. Rutin membasahi lisan dengan dzikir kepada Allah akan mengangkat kesulitan yang sedang dialami dan dipermudah segala urusannya. Lisan setiap manusia diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah setiap hari. Dalam sebuah hadis, dari Abdullah bin Busr r.a, ada seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam ini telah banyak bagiku, maka beritahulah kepadaku sesuatu yang bisa kupegang selalu.” Beliau menjawab, “Hendaklah lisanmu selalu basah karena berdzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
– Berusaha istiqomah dalam menjalankan perintah-Nya. Allah telah menetapkan jalan kehidupan yang harus ditempuh oleh manusia melalui syariat-Nya. Sehingga, setiap orang harus senantiasa istiqomah, menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.
– Bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Mensyukuri nikmat yang diberikan adalah salah satu bentuk adab kepada Allah. Sikap ini menjadikan manusia sebagai pribadi yang selalu bersyukur atas segala kabaikan dari Allah dan menjauhi sifat kufur nikmat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 152, Allah berfirman: “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
– Takut terhadap siksa-Nya. Menumbuhkan rasa takut atau cemas kepada siksa Allah akan membuat seseorang selalu istiqomah dalam menjalankan segala ibadah. Rasa takut ini juga akan mencegah seseorang dari perbuatan dosa dan maksiat.
– Beriman dan tidak kufur. Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beriman kepada-Nya dan kepada perkara-perkara yang wajib diimani. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah , malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa: 136). Maka sepantasnya seorang hamba beriman kepada Allah, meyakini kebenaran firman-Nya dan tunduk terhadap perintah dan larangan-Nya. Sungguh tidak beradab ketika ada seorang hamba yang ingkar dan menentang-Nya. Allah mencela orang-orang yang ingkar kepada-Nya dengan celaan yang keras, sebagaimana firman-Nya: “Bagaimana kamu kufur kepada Allah, padahal kamu dahulu mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian Dia menghidupkan kamu (lagi), dan kemudian hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah: 28).
– Berdoa dengan penuh harap dan rendah hati. Berdoa adalah salah satu bentuk adab kepada Allah yang menunjukkan kebutuhan dan ketergantungan manusia kepada-Nya. Berdoa juga merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon segala kebaikan dari-Nya. Dalam berdoa, seorang hamba haruslah bersikap penuh harap akan dikabulkannya doanya, serta rendah hati dan tawadhu di hadapan Allah.
– Bertawakkal kepada-Nya. Bertawakkal adalah salah satu bentuk adab kepada Allah yang menunjukkan kepercayaan dan penyerahan diri manusia kepada-Nya. Bertawakkal berarti mengandalkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha dengan sebaik-baiknya. Dalam surat Ali Imran ayat 159, Allah berfirman: “Maka apabila kamu telah memutuskan suatu urusan, maka bertawakkallah kepada Allah.”
– Berprasangka baik kepada-Nya. Berprasangka baik adalah salah satu bentuk adab kepada Allah yang menunjukkan keyakinan dan optimisme manusia terhadap kehendak dan ketetapan-Nya. Berprasangka baik berarti meyakini bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah bersabda bahwa Allah berfirman: “Aku adalah sebagaimana prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, maka hendaklah ia berprasangka apa saja yang ia kehendaki.” (HR. Bukhari dan Muslim).
– Mengagungkan dan memuliakan-Nya. Mengagungkan dan memuliakan Allah adalah salah satu bentuk adab kepada Allah yang menunjukkan penghormatan dan pengakuan manusia terhadap kebesaran dan kemuliaan-Nya. Mengagungkan dan memuliakan Allah berarti menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Tinggi, Maha Suci, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Pencipta. Dalam surat Al-Isra ayat 44, Allah berfirman: “Tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka.”