Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati dan pikiran manusia. Dengan ilmu, manusia dapat mengenal Allah dan segala ciptaan-Nya. Dengan ilmu, manusia dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, antara yang baik dan yang buruk. Dengan ilmu, manusia dapat mengamalkan agama Islam dengan benar dan sempurna.
Namun, ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak diiringi dengan adab yang baik. Adab menuntut ilmu adalah sikap dan perilaku yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu agar mendapatkan keberkahan dan manfaat dari ilmunya. Adab menuntut ilmu juga merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang ingin meningkatkan kualitas iman dan amalnya.
Berikut ini adalah beberapa adab menuntut ilmu dalam Islam:
1. Menyucikan Niat
Adab pertama dan terpenting adalah menyucikan niat karena Allah semata. Niat adalah dasar dari segala amal perbuatan. Niat yang baik akan membawa kepada hasil yang baik pula. Niat yang buruk akan membawa kepada hasil yang buruk pula.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى”
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang penuntut ilmu harus meniatkan ilmunya untuk mengharap ridha Allah, menghidupkan syariat Islam, mendekatkan diri kepada Allah, menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain, dan tujuan-tujuan mulia lainnya.
Sebaliknya, seorang penuntut ilmu harus menjauhi niat-niat buruk seperti mencari pujian manusia, kedudukan dunia, harta benda, atau hal-hal yang tidak berhubungan dengan Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النار”
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Majah)
2. Berdoa Memohon Pertolongan Allah
Adab kedua adalah berdoa memohon pertolongan Allah dalam menuntut ilmu. Ilmu adalah anugerah dari Allah yang tidak bisa didapatkan tanpa izin-Nya. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus selalu meminta bantuan Allah agar diberi kemudahan, keberkahan, dan manfaat dari ilmunya.
Allah berfirman:
وَقُل رَّبِّ زِدۡنِى عِلۡمٗا
“Dan katakanlah: ‘Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.'” (QS. Thaha: 114)
Nabi Muhammad SAW juga selalu berdoa memohon ilmu yang bermanfaat. Beliau mengajarkan doa berikut:
اَللَّهُمَّ اِنْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا
“Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3. Bersungguh-sungguh dan Antusias
Adab ketiga adalah bersungguh-sungguh dan antusias dalam menuntut ilmu. Ilmu tidak akan datang dengan sendirinya tanpa usaha dan kerja keras. Seorang penuntut ilmu harus memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk belajar dan menguasai ilmunya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ”
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Seorang penuntut ilmu harus rajin membaca, mendengar, menulis, menghafal, mengulang, dan mempraktikkan ilmunya. Seorang penuntut ilmu harus mencari guru-guru yang kompeten dan terpercaya untuk belajar dari mereka. Seorang penuntut ilmu harus mengikuti kelas-kelas, seminar-seminar, atau kursus-kursus yang berkaitan dengan ilmunya.
Seorang penuntut ilmu harus selalu merasa haus akan ilmu dan tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang sudah didapatkannya. Seorang penuntut ilmu harus selalu berkeinginan untuk menambah dan memperdalam ilmunya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“رَحِمَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ غَيْرَهُ فَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ إلى مان لا يُفْقهُ ورب حامل فقه إلى من هو أفقه منه”
“Semoga Allah merahmati orang yang mendengar hadits dari kami lalu menghafalnya hingga ia menyampaikannya kepada orang lain. Karena mungkin ada orang yang membawa fiqih (ilmu) kepada orang yang tidak mengerti fiqih, dan mungkin ada orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham darinya.” (HR. Abu Daud)
4. Menjauhi Maksiat
Adab keempat adalah menjauhi maksiat dan segala hal yang dapat menghalangi masuknya ilmu ke dalam hati. Maksiat adalah perbuatan yang melanggar perintah atau larangan Allah. Maksiat akan membuat hati menjadi kotor, gelap, dan keras. Maksiat akan membuat pikiran menjadi bingung, lalai, dan lemah.
Maksiat akan mengurangi barokah (keberkahan) dari ilmu yang didapatkan. Maksiat akan membuat ilmu menjadi sia-sia dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Allah berfirman:
وَاتَّبِعۡ سَبِيلَ مَنۡ أَنَابَ إِلَىَّۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُون
“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku; kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Aku memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)
Seorang penuntut ilmu harus menjaga dirinya dari maksiat seperti berbohong, ghibah, namimah, riya, ujub, hasad, dengki, sombong, angkuh, dan lain-lain. Seorang penuntut ilmu harus menjaga pandangannya dari hal-hal yang haram seperti menonton film-film porno, bergaul bebas dengan lawan jenis, dan lain-lain. Seorang penuntut ilmu harus menjaga lisannya dari hal-hal yang haram seperti berkata kasar, mencela, menghina, dan lain-lain.
Seorang penuntut ilmu harus menjaga perbuatannya dari hal-hal yang haram seperti mencuri, korupsi, menipu, merampas hak orang lain, dan lain-lain. Seorang penuntut ilmu harus menjaga hatinya dari hal-hal yang haram seperti syirik, nifak, bid’ah, khurafat, dan lain-lain.
5. Menghormati Guru
Adab kelima adalah menghormati guru dan orang-orang yang lebih berilmu. Guru adalah orang yang memberikan ilmu kepada kita. Guru adalah orang yang membimbing kita dalam belajar. Guru adalah orang yang memberikan nasihat dan kritik kepada kita. Guru adalah orang yang mendoakan kita agar sukses dalam dunia dan akhirat.
Tanpa guru, kita tidak akan bisa mendapatkan ilmu yang benar dan bermanfaat. Tanpa guru, kita tidak akan bisa memperbaiki kesalahan dan kekurangan kita. Tanpa guru, kita tidak akan bisa mencapai tingkat kesempurnaan dalam ilmu.
Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus menghormati guru dengan cara-cara berikut:
– Mendengarkan dengan baik apa yang diajarkan oleh guru
– Mematuhi perintah dan larangan guru
– Menjaga adab dan sopan santun di hadapan guru
– Tidak menyela atau mengganggu pembelajaran guru
– Tidak membantah atau meremehkan pendapat guru
– Tidak bersaing atau berbangga-bangga di hadapan guru
– Menyayangi dan mencintai guru
– Mendoakan kebaikan dan keselamatan guru
– Memberikan hadiah atau bantuan kepada guru jika memungkinkan
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“مَنْ لا يَرْحَمْ صَغِيرَنا وَلا يُوَقِّرْ كَبِيرَنا فَلَيْسَ مِنّا”
“Barangsiapa yang tidak menyayangi anak-anak kami dan tidak menghormati orang-orang tua kami maka ia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Ahmad)
6. Berakhlak Mulia
Adab keenam adalah berakhlak mulia dalam menuntut ilmu. Akhlak mulia adalah sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Akhlak mulia adalah cerminan dari iman dan taqwa seseorang. Akhlak mulia adalah buah dari ilmu yang bermanfaat.
Seorang penuntut ilmu harus berakhlak mulia dengan cara-cara berikut:
– Bersikap rendah hati dan tidak sombong
– Bersikap tawadhu’ (merendahkan diri) dan tidak ujub (bangga diri)
– Bersikap ikhlas dan tidak riya (pamer)
– Bersikap sabar dan tidak mudah marah
– Bersikap jujur dan tidak berbohong
– Bersikap adil dan tidak zalim
– Bersikap santun dan tidak kasar
– Bersikap lembut dan tidak keras
– Bersikap ramah dan tidak sombong
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ”
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
7. Berdiskusi dan Bertanya
Adab ketujuh adalah berdiskusi dan bertanya dalam menuntut ilmu. Diskusi adalah cara untuk saling berbagi ilmu, pengalaman, dan pendapat dengan orang lain. Diskusi adalah cara untuk menguji kebenaran, kejelasan, dan konsistensi ilmu yang kita miliki. Diskusi adalah cara untuk menambah wawasan, pemahaman, dan keterampilan dalam ilmu yang kita pelajari.
Tanya adalah cara untuk mencari jawaban dari hal-hal yang belum kita ketahui atau pahami. Tanya adalah cara untuk menghilangkan keraguan, kebingungan, dan kesalahan dalam ilmu yang kita miliki. Tanya adalah cara untuk menghormati guru dan orang-orang yang lebih berilmu.
Seorang penuntut ilmu harus berdiskusi dan bertanya dengan cara-cara berikut:
– Memilih topik atau masalah yang relevan, penting, dan bermanfaat
– Memilih lawan diskusi atau sumber tanya yang kompeten, terpercaya, dan berilmu
– Menggunakan bahasa yang baik, sopan, dan jelas
– Menggunakan dalil-dalil yang kuat, valid, dan sahih
– Menghargai perbedaan pendapat atau jawaban yang diberikan
– Tidak bersikap fanatik, keras kepala, atau emosional
– Tidak bersikap menghina, mencela, atau mengejek
– Tidak bersikap sombong, angkuh, atau meremehkan
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“فَإِنْ لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ”
“Jika kamu tidak malu (berbuat sesuatu), maka lakukanlah apa saja yang kamu suka.” (HR. Bukhari)
8. Mengamalkan Ilmu
Adab kedelapan adalah mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah. Ilmu tanpa amal adalah seperti api tanpa panas. Ilmu tanpa amal adalah seperti tubuh tanpa ruh.
Mengamalkan ilmu adalah cara untuk menyempurnakan ilmu yang kita miliki. Mengamalkan ilmu adalah cara untuk mendapatkan pahala dari Allah. Mengamalkan ilmu adalah cara untuk memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang lain.
Seorang penuntut ilmu harus mengamalkan ilmu dengan cara-cara berikut:
– Menyelaraskan ucapan dengan perbuatan
– Menyelaraskan pengetahuan dengan ketaatan
– Menyelaraskan teori dengan praktek
– Menyelaraskan hakikat dengan syariat
– Menyelaraskan ilmu dengan hikmah
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ”
“Barangsiapa yang beramal dengan apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu tentang apa yang ia tidak ketahui.” (HR. Thabrani)