Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati dan pikiran manusia. Ilmu juga merupakan jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Islam sangat mendorong umatnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya. Namun, dalam menuntut ilmu, ada adab-adab yang harus diperhatikan agar ilmu yang kita peroleh bermanfaat dan berkah. Berikut adalah beberapa adab menghormati ilmu dalam Islam:
Menyucikan Hati dari Segala Kotoran
Adab pertama bagi seorang pencari ilmu adalah menyucikan hati dari segala kekotoran-kekotoran yang dimurkai Allah, seperti riya, ujub, hasad, dengki, sombong, dan lain-lain. Karena hati yang kotor akan menghalangi cahaya ilmu untuk masuk dan menetap di dalamnya. Sebaliknya, hati yang bersih dan suci akan mudah menerima dan memahami ilmu serta mendapatkan hidayah dari Allah .
Ikhlas Karena Allah SWT
Adab kedua adalah ikhlas karena Allah dalam mencari ilmu. Yaitu dengan meniatkan dalam menuntut ilmu dalam rangka mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat, sebab Allah telah mendorong dan memotivasi untuk itu. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk mencari wajah Allah ‘azza wa jalla tetapi dia justru berniat untuk meraih bagian kehidupan dunia maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah)
Ikhlas juga berarti tidak mencari pujian atau pengakuan dari manusia atas ilmu yang kita miliki. Karena ilmu adalah anugerah dari Allah yang harus kita syukuri dan gunakan untuk kemaslahatan.
Rendah Hati dan Melayani Para Ulama
Adab ketiga adalah rendah hati dan melayani para ulama yang merupakan pewaris para nabi. Kita harus menghormati dan memuliakan mereka sebagai guru dan pembimbing kita dalam menuntut ilmu. Kita harus mengerjakan perintah mereka dan tidak mencela mereka jika terjadi perbedaan pendapat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang tidak menghormati ulama kami, tidak menyayangi anak-anak kami, dan tidak mengakui hak orang-orang besar kami, maka dia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Ahmad)
Rendah hati juga berarti tidak merasa sombong atau meremehkan orang lain karena ilmu yang kita miliki. Karena ilmu yang sebenarnya adalah ilmu yang membuat kita semakin sadar akan kekurangan dan kebutuhan kita kepada Allah.
Mengambil Manfaat dan Faedah
Adab keempat adalah mengambil manfaat dan faedah dari ilmu yang kita pelajari. Kita harus memilih ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi agama dan dunia kita, serta sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kita. Kita juga harus mempelajari ilmu-ilmu dengan cara yang benar dan sistematis, serta menghindari hal-hal yang sia-sia atau tidak berguna.
Sederhana Dalam Makan dan Minum
Adab kelima adalah sederhana dalam makan dan minum. Karena makan dan minum yang berlebihan akan membuat hati menjadi keras dan pikiran menjadi tumpul. Rasulullah SAW bersabda:
“Perut manusia tidak ada wadah yang lebih buruk daripada perut manusia; cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada pilihan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi)
Beramal dengan Ilmu
Adab keenam adalah beramal dengan ilmu yang kita pelajari. Karena ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah. Ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah (bukti) atas pemiliknya di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang diberi ilmu oleh Allah, kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dia akan diserahkan kepada orang yang diberi tujuh puluh keburukan.” (HR. Thabrani)
Beramal dengan ilmu juga berarti mengajak dan menasehati orang lain untuk mengikuti kebenaran yang kita ketahui. Karena menyebarkan ilmu adalah salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun kita sudah meninggal.
Bersikap Bijaksana (Hikmah)
Adab ketujuh adalah bersikap bijaksana (hikmah) dalam menyampaikan ilmu kepada orang lain. Yaitu dengan memilih waktu, tempat, cara, dan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan keadaan orang yang kita ajak. Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Bersikap bijaksana juga berarti tidak memaksakan pendapat atau pemahaman kita kepada orang lain yang berbeda dengan kita. Kita harus menghargai perbedaan dan bersikap toleran terhadap khilafiyah (perbedaan pendapat) yang tidak menyangkut hal-hal pokok dalam agama.
Bersabar dalam Menuntut Ilmu
Adab kedelapan adalah bersabar dalam menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu bukanlah perkara mudah yang bisa dilakukan dalam sekejap. Menuntut ilmu membutuhkan waktu, usaha, pengorbanan, dan kesabaran yang tinggi. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Bersabar dalam menuntut ilmu juga berarti tidak mudah putus asa atau menyerah jika menghadapi kesulitan atau rintangan dalam belajar. Kita harus terus berusaha dan berdoa agar Allah memberi kita kemudahan dan keberkahan dalam menuntut ilmu.
Berdoa kepada Allah SWT
Adab kesembilan adalah berdoa kepada Allah SWT agar diberi ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyu’, dan amal yang shaleh. Karena hanya Allah lah yang maha memberi ilmu dan hidayah kepada hamba-Nya. Rasulullah SAW mengajarkan kita doa:
“Ya Allah, tunjukilah kami kebenaran dan berikanlah kami taufik untuk mengikutinya, dan tunjukilah kami kebatilan dan berikanlah kami taufik untuk menjauhinya.” (HR. Muslim)
Berdoa kepada Allah SWT juga berarti mengakui kelemahan dan keterbatasan kita sebagai makhluk yang tidak tahu apa-apa tanpa petunjuk dari-Nya. Kita harus selalu merendahkan diri di hadapan Allah SWT dan memohon ampun atas segala kesalahan dan kekurangan kita.
Berpegang Teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
Adab kesepuluh adalah berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber utama ilmu dalam Islam. Kita harus mengambil ilmu dari kitab-kitab Allah SWT dan sabda-sabda Rasulullah SAW serta menjadikannya sebagai pedoman hidup kita. Allah SWT berfirman:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir.” (QS. An-Nahl: 44)