Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan budaya. Provinsi ini juga dikenal sebagai basis dan tempat didirikannya Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam reformis yang besar dan berpengaruh di Indonesia. Islam adalah agama mayoritas di Yogyakarta, dengan lebih dari 92% penduduknya memeluk agama ini². Namun, bagaimana sejarah masuknya Islam ke Yogyakarta? Artikel ini akan membahas hal tersebut secara singkat.
Latar Belakang
Sebelum Islam masuk ke Yogyakarta, wilayah ini sudah pernah dikuasai oleh beberapa kerajaan besar, seperti Kerajaan Medang (Mataram Kuno), Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Pajajaran. Kerajaan-kerajaan ini menganut agama Hindu-Buddha dan memiliki pengaruh budaya yang kuat hingga kini. Beberapa peninggalan sejarah dari kerajaan-kerajaan ini antara lain adalah Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Plaosan, dan Candi Ratu Boko.
Islam mulai masuk ke wilayah Jawa sekitar abad ke-13 melalui jalur perdagangan dan dakwah. Para pedagang dan ulama dari Gujarat, Persia, Arab, dan Tiongkok membawa ajaran Islam ke pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, Demak, Cirebon, dan Banten. Mereka juga menikahi putri-putri lokal dan membentuk kerajaan-kerajaan Islam pertama di Jawa. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa adalah Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo (sembilan wali). Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya dan seni dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa. Ia mengadaptasi beberapa tradisi lokal, seperti wayang, gamelan, tari-tarian, dan tembang (lagu-lagu), dengan menambahkan unsur-unsur Islam di dalamnya.
Perkembangan Islam di Yogyakarta
Perkembangan Islam di Yogyakarta dimulai sekitar akhir abad ke-16 dengan berdirinya Kesultanan Mataram Islam yang berasal dari Demak¹. Kesultanan ini dipimpin oleh Panembahan Senopati yang berhasil mempersatukan beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Timur. Ia memindahkan pusat pemerintahannya dari Pajang ke Kotagede (sekarang bagian dari Kota Yogyakarta). Kesultanan Mataram menjadi kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Jawa pada masa itu. Ia juga melanjutkan penyebaran Islam di wilayah-wilayah bawahannya dengan bantuan para ulama dan wali.
Kesultanan Mataram mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) yang berhasil menaklukkan hampir seluruh Jawa dan sebagian Sumatera. Ia juga membangun banyak bangunan-bangunan bersejarah bernuansa Islami, seperti Masjid Agung Kotagede, Masjid Gedhe Kauman, Makam Imogiri, dan Benteng Krapyak. Sultan Agung juga mencoba menyerang Batavia (Jakarta), pusat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, namun gagal.
Setelah kematian Sultan Agung, Kesultanan Mataram mengalami kemunduran akibat perang saudara dan campur tangan Belanda. Pada tahun 1755, terjadi Perjanjian Giyanti yang memecah Kesultanan Mataram menjadi dua, yaitu Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta¹. Kesultanan Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Ia membangun Keraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan. Keraton Yogyakarta juga menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan kemudian Jepang.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, Yogyakarta menjadi salah satu daerah istimewa yang memiliki hak otonomi khusus. Hal ini karena peran penting Yogyakarta dalam perjuangan kemerdekaan, terutama ketika ibu kota Indonesia dipindahkan ke sana pada tahun 1946-1949. Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII menjadi wakil presiden dan wakil perdana menteri Indonesia pada masa itu. Mereka juga menyerahkan tanah keraton mereka untuk menjadi milik negara. Hingga kini, Yogyakarta masih dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono X sebagai gubernur dan Sri Paku Alam X sebagai wakil gubernur.
Warisan Budaya Islam di Yogyakarta
Islam telah menjadi bagian dari identitas dan kebudayaan Yogyakarta. Islam tidak hanya diterima secara formal, tetapi juga disesuaikan dengan adat istiadat dan nilai-nilai lokal. Beberapa warisan budaya Islam yang masih terlihat di Yogyakarta antara lain adalah:
– Warisan budaya Kraton yang menjunjung tinggi sikap halus dalam bertata krama, menghormati para leluhur dan tokoh agama, serta melestarikan seni dan tradisi Jawa.
– Keberadaan pihak Kraton sebagai pendukung dan pelindung agama, misalnya dengan memberikan bantuan kepada masjid-masjid, pesantren-pesantren, dan organisasi-organisasi Islam.
– Bangunan-bangunan bersejarah bernuansa Islami, seperti Masjid Gedhe Kauman, Masjid Agung Kotagede, Masjid Pakualaman, Keraton Yogyakarta, Makam Imogiri, Makam Kotagede, dan Makam Mataram.
– Pendidikan Islam yang berkembang secara tradisional maupun modern, melalui pondok-pondok pesantren maupun sekolah-sekolah formal. Beberapa lembaga pendidikan tinggi Islam yang terkenal di Yogyakarta antara lain adalah Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
– Organisasi-organisasi Islam yang bergerak di berbagai bidang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan lain-lain.
Penutup
Islam telah masuk ke Yogyakarta sejak akhir abad ke-16 melalui Kesultanan Mataram Islam yang berasal dari Demak. Islam kemudian berkembang seiring dengan perkembangan politik dan budaya di wilayah ini. Islam tidak hanya menjadi agama mayoritas, tetapi juga menjadi bagian dari identitas dan kebudayaan Yogyakarta. Islam juga memberikan banyak warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Sumber:
(1) Sejarah Masuknya Agama Islam di Yogyakarta – Kompasiana. https://www.kompasiana.com/efrandsad/618f35c4c26b773d4e160b65/sejarah-masuknya-agama-islam-di-yogyakarta.
(2) Islam di Yogyakarta – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Yogyakarta.
(3) SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI YOGYAKARTA – Kearsipan A Angkatan 2017. https://archivalsciencea.wordpress.com/2017/09/12/sejarah-masuknya-islam-di-yogyakarta/.